Berjualan Dandang


Tulisan berikut adalah kreatifitas seorang senior saya yang sudah memberikan izin untuk dipublish di blog saya. Beliau tinggal di kota besar bernama Tambun, kadang-kadang 'mengaku' tinggal di Sukaresmi


Tahu dandang ? Kami di Bekasi menyebutnya dandang, alat menanak/mengukusnasi , biasanya terbuat (kalau tidak salah) dari sejenis tembaga, atau seng yang tebal dan di cat agak kemerah-merahan, bentuknya antik memanjang. Perkakas tradisional. Saya lupa kapan terakhir kali, ibu saya sendiri menggunakan alat ini, mungkin ketika saya SD.

Tadi sewaktu berangkat kerja, saya melihat penjaja keliling penjual dandang. Dua dandang dipikulnya.

"Siapa yang beli," pikir saya. Dandang-dandang tersebutharus bersaing ketat dengan rice cooker, buatan pabrik-pabrik besar, yangdibuat secara mass production, hingga harga jualnya pun terbilang rendah. Berat sekali saingan tukang dandang. Kalau laku dua-duanya pun tidakseberapa juga untungnya.

Saya jadi teringat dulu sekali sewaktu SMP melihat penjaja keliling, tukang cobek. Terlihat berat dagangannya, dan saya berkomentar pada Bapak saya, "Jualan cobek siapa yang beli pak, kan barangnya kuat, sekali beli orang nggak beli-beli lagi."

"Allah punyarahasia-Nya sendiri, banyak hal yang menurut kita berat, tetapi mungkin danbisa," begitu komentar Bapak. "Rizkinya pasti ada, buat dia dan anak-istrinya'," beliau menambahkan. "Tugas kita berusaha."

Tugas kita berusaha, saya ingat itu. Usaha dan hasilnya pun beda-beda, adayang sekali klik, bisa milyaran dollar masuk rekening, misalnya GeorgeSoros. Ada yang berkeringat-ketingat, dapat sepuluh ribu rupiah sehari. Ada yang US$ 350,000 per bulan ada yang Rp 300.000 satu bulan. Bertingkat-tingkat. Allah punya rahasianya sendiri. Pernah ada seorang rekan, buruh percetakan, yang bicara pada saya ,"Allah tidak adil, ada orang yang kaya, cari uang gampang, tapi ada yang miskin, cari uang susah. Kaya saya ini. Kamu juga enak bisa kuliah."

Saya diam tidak menjawab, berhari-hari saya mencari jawabannya, hingga akhirnya saya menemukan sebuah hadist Rasulullullah SAW, "Hakikat rizki ada dua, pakaian yang kita pakai hingga usang dan makanan yang kita makan".

Subhanallah, saya temui lagi rekan saya tadi. Saya bilang,"'Kang, (saya bacakan hadist yang tadi), Om Liem (mantan Boss BCA), kira-kira makannya banyakan siapa sama akang ?"

Jawab dia ,"'Ya, banyakan saya dong, saya kan kuli, makannya gembul."

Lanjut saya,"Kalau pakai baju kira-kira lamaan siapa ?"

Jawab dia,"Lamaan saya, saya mah kalau belum sobek ya belum ganti."

"Nah kira-kira rizkinya banyakan siapa akang apa Liem?"

Dia senyum-senyum.

Saya bilang Allah Maha Adil.

Setiap orang punya perannya sendiri, bertingkat-tingkat, menurut kita. Tetapi Allah punya pandangan lain, bagiNya semuanya sama, yang membedakancuma takwa. Gozueta, diberi 'sedikit air' oleh Allah, berjualan Coca Cola, jadilah ia dalam jajaran orang-orang kaya di dunia. Bagi Allah, harta Gozueta atau harta si tukang dandang tidak bernilai apa-apa, Dia Maha Kaya. Sepantasnya, berjalan kaki atau naik Mitsubishi Pajero DID, dua-duanya membuat kita bahagia.....

0 komentar: