Semangat Iacocca

Oleh: TB. Farid

Pernah dengar nama Iacocca? Belum pernah dengar kan? Jangan kecil hati, nama orang tersebut memang tidak sepopuler produk yang dihasilkannya. Iacocca pada awalnya meniti karir di Ford, sebagai marketing. Karena ide-idenya yang cemerlang, karirnya terus menanjak hingga akhirnya di tahun 1964 ia menduduki posisi puncak di Ford. Tahu mobil Mustang ? Nah ini idenya Iacocca. Setelah menjadi direktur dia berpikir seandainya ada mobil kecil, bodi bagus, lari kencang pasti konsumen banyak yang suka. Idenya dituangkan dalam bentuk Ford Mustang.

Mustang pun dipasarkan dan laku keras. Di Ford, nama Iacocca semakin harum. Tapi hal ini berdampak buruk bagi karirnya. Iacocca membuat Ford Junior cemburu atas kesuksesannya, mereka terlibat dalam perebutan pengaruh di Ford. Iacocca pun diminta mengundurkan diri dengan tawaran uang pensiun $1 juta per tahun, dengan syarat ia tidak boleh bekerja untuk pabrik mobil manapun. Iacocca frustasi. Istrinya menguatkannya untuk bangkit, kalah terus atau kalah kali ini saja.

Iacocca menolak tawaran uang pensiun tersebut, ia memilih bekerja dengan Chrysler (diantaranya bikin Jeep). Ia hanya meminta gaji $ 1 (baca yang betul, satu dolar) per tahun, selama Chrysler belum pulih. Aneh, kok mau? Chrysler saat itu sedang dalam masalah. 250000 orang karyawannya terancam di PHK. Iacocca ingin menolong mereka dengan cara membuat ‘sehat’ Chrysler. Usahanya berhasil, beberapa tahun ke depan, Chrysler muncul sebagai industri otomotif yang disegani, setara dengan Ford Dan GM. Di bawah kepemimpinannya Chrysler berhasil mengambil alih Maseratti dan Lambhorgini.

Nah kalau punya ilmu, harta, tenaga dan kedudukan, harus kita pikirkan bagaimana caranya agar itu semua bermanfaat bagi orang lain, orang banyak. Kalau sudah begitu, energi yang muncul pada diri kita juga energi untuk orang banyak. Energi yang besar… seperti energi yang mendorong Iacocca bangkit dari keterpurukannya.



Artikel di atas adalah tulisan seorang senior saya yang pernah dikirim ke milis FUPM MM2100. Atas ijin beliau, tulisan yang menurut saya sangat 'menggugah' itu saya publish di blog saya. Matur nuwun ijinnya, Pak....

Berjualan Dandang


Tulisan berikut adalah kreatifitas seorang senior saya yang sudah memberikan izin untuk dipublish di blog saya. Beliau tinggal di kota besar bernama Tambun, kadang-kadang 'mengaku' tinggal di Sukaresmi


Tahu dandang ? Kami di Bekasi menyebutnya dandang, alat menanak/mengukusnasi , biasanya terbuat (kalau tidak salah) dari sejenis tembaga, atau seng yang tebal dan di cat agak kemerah-merahan, bentuknya antik memanjang. Perkakas tradisional. Saya lupa kapan terakhir kali, ibu saya sendiri menggunakan alat ini, mungkin ketika saya SD.

Tadi sewaktu berangkat kerja, saya melihat penjaja keliling penjual dandang. Dua dandang dipikulnya.

"Siapa yang beli," pikir saya. Dandang-dandang tersebutharus bersaing ketat dengan rice cooker, buatan pabrik-pabrik besar, yangdibuat secara mass production, hingga harga jualnya pun terbilang rendah. Berat sekali saingan tukang dandang. Kalau laku dua-duanya pun tidakseberapa juga untungnya.

Saya jadi teringat dulu sekali sewaktu SMP melihat penjaja keliling, tukang cobek. Terlihat berat dagangannya, dan saya berkomentar pada Bapak saya, "Jualan cobek siapa yang beli pak, kan barangnya kuat, sekali beli orang nggak beli-beli lagi."

"Allah punyarahasia-Nya sendiri, banyak hal yang menurut kita berat, tetapi mungkin danbisa," begitu komentar Bapak. "Rizkinya pasti ada, buat dia dan anak-istrinya'," beliau menambahkan. "Tugas kita berusaha."

Tugas kita berusaha, saya ingat itu. Usaha dan hasilnya pun beda-beda, adayang sekali klik, bisa milyaran dollar masuk rekening, misalnya GeorgeSoros. Ada yang berkeringat-ketingat, dapat sepuluh ribu rupiah sehari. Ada yang US$ 350,000 per bulan ada yang Rp 300.000 satu bulan. Bertingkat-tingkat. Allah punya rahasianya sendiri. Pernah ada seorang rekan, buruh percetakan, yang bicara pada saya ,"Allah tidak adil, ada orang yang kaya, cari uang gampang, tapi ada yang miskin, cari uang susah. Kaya saya ini. Kamu juga enak bisa kuliah."

Saya diam tidak menjawab, berhari-hari saya mencari jawabannya, hingga akhirnya saya menemukan sebuah hadist Rasulullullah SAW, "Hakikat rizki ada dua, pakaian yang kita pakai hingga usang dan makanan yang kita makan".

Subhanallah, saya temui lagi rekan saya tadi. Saya bilang,"'Kang, (saya bacakan hadist yang tadi), Om Liem (mantan Boss BCA), kira-kira makannya banyakan siapa sama akang ?"

Jawab dia ,"'Ya, banyakan saya dong, saya kan kuli, makannya gembul."

Lanjut saya,"Kalau pakai baju kira-kira lamaan siapa ?"

Jawab dia,"Lamaan saya, saya mah kalau belum sobek ya belum ganti."

"Nah kira-kira rizkinya banyakan siapa akang apa Liem?"

Dia senyum-senyum.

Saya bilang Allah Maha Adil.

Setiap orang punya perannya sendiri, bertingkat-tingkat, menurut kita. Tetapi Allah punya pandangan lain, bagiNya semuanya sama, yang membedakancuma takwa. Gozueta, diberi 'sedikit air' oleh Allah, berjualan Coca Cola, jadilah ia dalam jajaran orang-orang kaya di dunia. Bagi Allah, harta Gozueta atau harta si tukang dandang tidak bernilai apa-apa, Dia Maha Kaya. Sepantasnya, berjalan kaki atau naik Mitsubishi Pajero DID, dua-duanya membuat kita bahagia.....

Oleh-oleh Islamic Book Fair 2009

Meski dengan budget terbatas, akhirnya sampai juga di Istora Senayan, tempat berlangsungnya event tahunan Islamic Book Fair. Belum juga masuk, sudah dapat majalah gratis. Namanya Gozian, kalau tidak salah. Majalah baru, dengan harga standar 33 ribu. Lumayan....
Seperti biasa, saya tidak parkir di salah satu stand, tapi langsung muter ke seluruh arena seraya mata memelototi nilai diskon. Tujuan utama jelas, membandingkan harga! Itu salah satu prioritas di jaman kantong cekak akibat krisis global sekarang ini.
Putar-puter putar-puter, transit pertama saya di Penerbit Azzam. Apalagi motifnya kalau bukan harga. Bayangkan... buku yang saya taksir harga standarnya 20 ribuan, dijual dengan harga 10 ribu rupiah dapat 3 buku. Selesai bayar dan belum juga keluar stand, mata kembali terpaku melihat angka 80%. Yang bener, nih?! Ikut ubak-ubek, dapat 5 buku, cukup bayar Rp 50.500,00. Hmm... di satu stand saja 2X bayar. Mudah-mudahan mbak kasir tidak nggerundel :)
Lepas dari Azzam (kaya nama keponakan), dilanjutkan dengan perjalanan antar stand yang seolah berlomba dengan besarnya diskon yang berkisar antara 20 hingga 80%. Yang dijual pun beragam, mulai dari buku tebal nan mahal seperti tafsir Ibnu Katsir, hingga majalah yang dihargai 1000-2000 rupiah. Jilbab, baju, madu, aneka herbal, serta beragam aneka permainan edukatif pun tak ketinggalan. Di lantai 2 saya langsung jatuh hati dengan CD interaktif seharga 50 ribuan. Bagus juga nih, kayanya buat Syifa. Tapi begitu ingat dengan komputer yang harddisknya sedang jebol dan budget yang kian tipis, diputuskan untuk membeli VCD saja plus beberapa buku dan majalah anak.
Capek juga. Istirahat dulu, ah....
Menikmati bekal arem-arem yang khusus dibawakan istri. Ingat pengalaman tahun kemarin, dia. Akibat tidak tahan dengan godaan buku, dana makan siang terpakai untuk beli buku. Uang cadangan transport pun tidak luput dari sasaran. Akibatnya seharian muterin book fair tanpa makan dan minum. Begitu sampai rumah, uang di kantong cuma tersisa 500 rupiah. Hi... hi... hi....
Dari bangku penonton, di panggung terlihat mbak MC dengan penuh semangat memperkenalkan bintang tamu bernama Asmirandah. Halah! Siapa lagi itu? Penulis kah? Perwakilan penerbit? Atau apa? Langsung deh pasang kuping baik-baik.
Oalah... artis sinetron, to? Pantas tidak familier di telinga. Lha wong TV di rumah saya 'haram'kan untuk acara sinetron, ya pantas kalau tidak tahu. Habis, sinetron kita begitu, sih. Tidak membumi. Di tengah kemiskinan yang masih menjamur, gaji UMK yang pas-pasan, kok penggambaran di sinetron selalu saja tentang keluarga kaya yang punya mobil mewah, rumah bertingkat, dibalut dengan acara cinta-cintaan. Giliran ada karakter orang miskin yang susah makan, rumahnya digambarkan permanen, punya sofa cukup bagus, baju yang tidak murahan.... Pak sutradara tidak pernah bersentuhan dengan orang miskin kali, ya?
Selepas Asar saya pulang dengan membawa 20-an buku/majalah dan 2 CD. Dikalkulasi untuk ongkos, masih tersisa 3500 rupiah. saya bayangkan istri akan menyambut dengan tawa lebar. Setidaknya sisanya lebih banyak dari tahun kemarin.