Catatan Pergantian Tahun, Sebuah Ironi

Ketika ada Saudara yang meninggal bertepatan dengan acara pesta (walimah misalnya), demi menghormati yang meninggal selayaknya kemeriahan acara agak dikurangi.
Lantas bagaimana kalau meninggalnya karena kecelakaan lalu lintas? Bukan hanya mengurangi kemeriahan acara, tentu kita ikut sibuk mengurus jenazah dari RS, mondar mandir ke kantor polisi, dsb.
Kalau kecelakaannya disengaja? Ditabrak mobil misalnya, oleh orang yang iri dengan Saudara....
Saya yakin proses pengusutan perkara akan lebih dominan. Dan kalaupun pesta tetap dilaksanakan hiasan utamanya adalah keprihatinan dan linangan air mata. Atau mungkin sekedar ijab kabul. Bisa saja kemeriahan dipaksakan, tapi image negatif akan segera melekat sebagai orang yang tidak tahu etika.
Malam ini kita lihat pesta diselenggaraka dimana-mana. Kembang api menghias langit malam semenjak sore.
"Jalanan penuh," kata tetangga yang baru pulang dari bepergian.
Jalan menuju puncak apalagi. Acara TV penuh dengan tawa, gemerlap, dan kegembiraan. Gang-gang kecil pun tak mau kalah semarak. Asap mengepul berbaur dengan aroma ayam, ikan, daging, atau jagung yang terbakar.
Malam yang biasanya syahdu kali ini tidak menyisakan ruang untuk menghadirkan kata sepi.
Entah berapa milyar (atau bahkan trilyun?) rupiah dana yang yang terserap untuk menciptakan kemeriahan itu. Padahal jauh di belahan lain bumi ini ribuan nyawa tengah terancam kematian. Ribuan nyawa saudara kita. Bukan karena sakit, kecelakaan, atau ditabrak mobil, tapi DIBANTAI!
Dalam waktu tidak lebih dari seminggu 400-an nyawa melayang. Ribuan lainnya luka-luka dan siap menjemput maut. Tak peduli itu anak-anak, wanita, atau siapa pun.
Di jalur Gaza bom dan roket masih terus mengiringi tiap derap langkah saudara-saudara kita. Bangunan dan rumah roboh sama rata dengan tanah. Setelah mengancurkan Rumah Sakit dan Masjid dengan ringan Sang Menteri Luar Negeri Israel mengatakan," Hamas bersembunyi di balik warga Sipil. Mereka tidak peduli dengan warga sipil."
Sebuah pembenaran yang ironis....
Sementara Saudara-saudara kita bercanda dengan maut, mungkin para zionis itu tengah berpesta dan tertawa terbahak seperti pesta pora dan tawa di sekitar kita.
Sementara saudara kita kehabisan makanan dan obat-obatan, mungkin Yahudi itu tengah kebingungan menghabiskan makanan dan minuman yang melimpah. Persis seperti makanan yang berhamburan di sekitar kita.
Sementara Saudara kita sibuk mengindar dari hujan bom dan roket, kita sibuk melontarkan kembang api dan mercon.
Entah berapa banyak dana kita yang terbuang....
Entah berapa banyak dana yang disisihkan untuk Saudara kita di Gaza....
Masihkah ada empati di dada kita?
Entahlah....
Mungkin hati kita telah membeku
Seperti hati para zionis....



Cikarang, 31 Desember 2008
pukul 23.25