Kala Lelah

Salah satu penggalan hidup yang membuat saya lelah adalah ketika ditanya,”Kamu Muhammadiyah, NU, Salafi, HTI, PKS, atau….”

Dan selalu saya menjawab,”Saya muslim.”

Biasanya mereka masih penasaran dan terus mengejar, dan kembali saya menjawab,”Dulu Nabi juga tidak pernah menyatakan diri sebagai NU, Muhammadiyah atau apapun. Hanya menyatakan diri sebagai muslim.”

Saya tidak tahu, apakah memang begitu watak umat sekarang ini, atau ada grand design dari luar untuk mengacaukan Islam.

Ashobiyah. Itu yang saya tangkap.

Bahkan saya ‘dipaksa’ memilih sebagai warga NU, Muhammadiyah, atau PKS!

Bayangkan, organisasi seperti NU atau Muhammadiyah dibenturkan dengan parpol!

Kadang saya bayangkan warga NU mau hadir di pengajian Muhammadiyah.

Warga Muhammadiyah berhadapan dalam satu pengajian dengan saudara-saudara salafi.

Lalu ada dialog pula dengan teman-teman HTI.

Ada diskusi di sana.

Saling menasihati.

Saling menunjukkan yang benar dan yang salah.

Dan tak ada dendam di dada selepas itu.

Semua karena disatukan dalam lingkaran Ukhuwah.

Alangkah indahnya....

Beban kehidupan dan tumpukan pekerjaan hari ini membuat saya makin lelah. Secara tak sengaja saya menemukan beberapa baris bacaan menggugah, yang konon hasil tulisan Ustadz Rahmat Abdullah.

Meski bukan kader PKS, izinkan saya untuk mengcopy. Insya Allah bermanfaat bagi semua.


Teruslah "bergerak" hingga KELELAHAN itu LELAH mengikuti mu

Teruslah "berlari" hingga KEBOSANAN itu BOSAN mengejar mu

Teruslah "berjalan" hingga KELETIHAN itu LETIH bersama mu

Teruslah "bertahan" hingga KELEMAHAN itu LEMAH menyertai mu

Tetaplah "berjaga" hingga KELESUAN itu LESU menemani mu


1st day with Trekko Flash on The Way

Tanggal 3 Juli akhirnya datang juga flash hitam ke rumah. Berhubung datangnya sore, hanya sempat dipakai sebentar untuk ke warung, lalu masuk kandang.

Tanggal 4, dari pagi sudah siap-siap untuk melaju di jalan dengan si flash hitam. Mertua yang kebetulan ada di rumah rupanya agak khawatir belum bisa adaptasi dengan suasana di jalan raya. Demi tidak menambah kekhawatiran akhirnya saran itu dituruti. Tetap di jalan raya, tapi di rute yangtidak terlalu padat. Pilihan jatuh ke Sukaraya.

Baterai masih full. Kilometer ada di angka 1. Meski agak kagok, meluncur juga saya dengan memboncengkan anak istri. Lancar. Istri menyatakan sudah siap ke jalanan yang lebih padat. Pilihan jatuh ke Mutiara Gading Timur, karena sudah lama tidak silaturrahim ke sana.

Pulang ke rumah kilometer ada di angka 17. Mengantarkan mertua ke gerbang, pulang lagi ke rumah, kilometer sekarang menunjukkan angka 19. Baterai baru berkurang sedikit. Tanpa dicharge lagi kami pun meluncur.

Awal perjalanan cukup menyenangkan. Si flash hitam benar-benar eye catching. Dengan bodi yang masih mulus, tanpa knalpot, tanpa asap, dan tanpa suara, cukup menarik perhatian orang-orang di sepanjang jalan.

Sesampai Cibitung ada tanjakan sekitar 20 derajat. Dengan PD si flash tetap menghajar. Tarikan masih kuat.

Lepas Kompas tarikan si flash mulai terasa agak kurang bertenaga. Baterai terlihat masih setengah. Tapi di waktu-waktu tertentu ketika di gas, turun sampai garis merah. Kilometer ada di angka 35. Wah ... bahaya nih!

Sesampai Tambun tenaga makin loyo. Pas di depan pasar Tambun terlihat pos Polisi.
Meski agak ragu, dengan memberanikan diri saya parkir di depan pos. Numpang charge!
Alhamdulillah, polisinya sangat ramah. Beliau langsung mengizinkan. Cuma masalahnya colokan sangat jauh. Akhirnya saya beli kabel roll sepanjang 9 meter. Beres!

Dan lagi-lagi di situ si flash jadi pusat perhatian. Mulai dari Pak polisi, sampai orang-orang yang sedang lewat.

Sekitar setengah jam, saya merasa cukup untuk melanjutkan perjalanan. Tujuan dialihkan dari Mutiara Gading Timur ke Papan Mas, yang lebih dekat.
Terima kasih banyak Pak Sujono, Pak Suwardi, Pak Mulyadi atas segala keramahan. Andai semua polisi bersikap seperti Bapak-bapak, mudah-mudahan slogan polisi sebagai sahabat masyarakat akan tercapai.

Sampai di Papan mas, si flash langsung dicharge. Penumpangnya pun dicharge dengan makanan.

Setelah cukup, perjalanan pun dilanjutkan ke Mutiara Gading Timur. Menjelang Maghrib kami sampai. Rumah kosong, penghuninya sedang ke pasar kaget.
Biarkanlah. Yang penting sudah sampai, nanti juga pada pulang. Sekarang waktunya istirahat.

Capek....