Pemilihan Presiden 2014 di mata Orang Awam Seperti Kami



Kalau ada  Pilpres yang paling melelahkan bagi masyarakat awam seperti kami, mungkin Pilpres 2014 ini. Bukan secara fisik, tapi pikiran.

Kenapa?
Lihat saja di facebook.

Informasi berkembang begitu liar.  Jauh dari ilmiah atau bisa dipertanggungjawabkan.   Asal  ada artikel yang kira-kira menguntungkan calon yang didukung, langsung pasang status.  Tanpa disaring. Ironisnya yang pasang status seperti itu bukan sekedar orang awam atau simpatisan, tapi caleg. 
Kok bisa punya teman caleg?
He… he… he….

Yang lihat status itu pun tak mau kalah.  Teman pendukung kasih jempol  sebanyak-banyaknya.  Eh, salah…  cuma bisa kasih 1 jempol, ya.
Pendukung lawan pun tidak mau kalah.  Membantah dengan cara membabi buta.  Kadang sekedar celaan.

Bagaimana tidak mumet, coba.

Contoh yang paling simple ya kesaksian Novela. 
Pendukung pasangan nomor 2 mencibir dengan mengatakan orang gunung kok pengusaha.  Nggak nyambung, kan?
Memang apa salahnya orang gunung tapi pengusaha?  Memangnya salah orang pedalaman, ceplas ceplos tapi pintar dan terpelajar?

Pendukung nomor 1 pun tidak jauh beda.  Cuma karena lucu dan terkesan polos dipuji setinggi langit.  Ketika ada yang menampilkan gambar Novela dengan bendera Israel, dijawab,”Biarlah dia dengan benderanya.  Yang  dipakai adalah kejujurannya.”
Lha tolok ukur kejujuran itu apa? Kesan polos dan ceplas-ceplosnya itu?
Masalah bendera juga dianggap sekedar secarik kain yang diwarnai, tidak ada kaitan dengan masalah sikap.  Tapi di sisi lain ketika demo sering membawa bendera itu untuk dibakar.  Menyuarakan boikot produk-produk zionis.  Mendua nggak tuh, sikap seperti itu.

Akhirnya ketika mendiskusikan hal ini di facebook sambil ngopi, pendukung pasangan no 2 marah ke saya.  Dianggapnya saya pendukung pasangan nomor 1.
Pendukung pasangan nomor 1 juga menganggap saya antek pasangan nomor 2.

Komentar saya dihapus.
Saya di unfriend.
Saya diblokir.

Ya sudahlah….

Watunya mencari nafkah untuk anak istri….